Fakta: Pelacur Politiklah Yang Merintangi Jalannya Islam di Indonesia
Nasionalisme populis sudah pernah (zaman Soekarno) berkuasa. Komunis Aiditisme juga sudah berkuasa zaman 60-an awal.
Militerisme kapitalistik juga sudah berkuasa 32 tahun zaman Jend. Soeharto. Liberalisme reformasi hingga SBY juga sudah berkuasa. Sekarang Nasionalisme balik lagi berkuasa.
Dalam setiap silih bergantinya kekuasaan itu, nasib gerakan Islam selalu konsisten: sebagai tunggangan, hewan buruan pelampiasan, dan pemandu sorak serta klakson yang diperlukan untuk buat suasana meriah. Hanya itu.
Kenapa hal bodoh ini terjadi? Karena banyaknya pelacur politik yang menunggangi gerakan Islam. Karena pelacur politik, maka gampangan dibayar, digiring dan dimainkan.
Mau bantah? Tak bisa dibantah. Karena fakta. Jadi musuh umat Islam itu yaitu maksiat politik yang diperankan oleh pelacur-pelacur politik yang bertebaran di berbagai lembaga yang motifnya mereka hanya senang, kaya raya, dan syahwat perut dan bawah perutnya selalu terpenuhi.
Apakah ini berkaitan dengan tingginya populasi pelacuran di Indonesia, baik yang partikelir maupun profesional, Tuhanlah yang maha tahu. Minggu (01/04/2018). (Syahrul ED)
Nasionalisme populis sudah pernah (zaman Soekarno) berkuasa. Komunis Aiditisme juga sudah berkuasa zaman 60-an awal.
Militerisme kapitalistik juga sudah berkuasa 32 tahun zaman Jend. Soeharto. Liberalisme reformasi hingga SBY juga sudah berkuasa. Sekarang Nasionalisme balik lagi berkuasa.
Dalam setiap silih bergantinya kekuasaan itu, nasib gerakan Islam selalu konsisten: sebagai tunggangan, hewan buruan pelampiasan, dan pemandu sorak serta klakson yang diperlukan untuk buat suasana meriah. Hanya itu.
Kenapa hal bodoh ini terjadi? Karena banyaknya pelacur politik yang menunggangi gerakan Islam. Karena pelacur politik, maka gampangan dibayar, digiring dan dimainkan.
Mau bantah? Tak bisa dibantah. Karena fakta. Jadi musuh umat Islam itu yaitu maksiat politik yang diperankan oleh pelacur-pelacur politik yang bertebaran di berbagai lembaga yang motifnya mereka hanya senang, kaya raya, dan syahwat perut dan bawah perutnya selalu terpenuhi.
Apakah ini berkaitan dengan tingginya populasi pelacuran di Indonesia, baik yang partikelir maupun profesional, Tuhanlah yang maha tahu. Minggu (01/04/2018). (Syahrul ED)
No comments:
Post a Comment