Meski bermedia sosial
adalah satu kebebasan yang secara hak dimiliki oleh setiap orang, namun etika
dan aturan tetap harus didahulukan. Saya sendiri tidak melarang bagi setiap
wanita untuk bermedia sosial, namun saya menganjurkan, bagi setiap wanita yang
bergumul dengan media sosial agar bisa melakukan lima hal berikut.
1.Jangan
menggunakan foto wajah sendiri sebagai profil
Wanita adalah makhluk
ciptaan Allah dengan fisik yang mampu menimbulkan daya tarik. Jadi, meski hanya
dalam bentuk foto profil sekalipun, wanita tetap berpeluang untuk terlihat
menarik. Apalagi, dengan kemajuan teknologi yang memudahkan untuk menyunting
foto menjadi lebih bagus dari aslinya, semakin banyak pula profil media sosial
yang menampilkan wajah pemiliknya dalam penampilan terbaiknya.
Lantas, benarkah wanita
dilarang untuk menggunakan foto wajahnya sendiri sebagai profil akun media
sosialnya? Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra, beliau berkata, “Asma’ binti Abu Bakar pernah menemui
Rasulullah SAW dengan memakai pakaian yang tipis. Maka
Rasulullah SAW pun berpaling darinya dan bersabda, “wahai Asma’,
sesungguhnya seorang wanita itu jika sudah haidh (sudah baligh), tidak boleh terlihat
dari dirinya kecuali ini dan ini”, beliau menunjuk wajahnya dan kedua
telapak tangannya.” (HR. Abu Daud)
Dari hadits ini jelas
mengisyaratkan bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua
telapak tangannya, hal ini juga termaktub dalam kitab Safinatun Najah karya Syekh
Salim bin Abdullah bin Saad bin Sumair Al hadhrami. Dengan demikian, seorang
wanita sebenarnya tidak dilarang menampilkan wajahnya termasuk menjadikannya
foto profil media sosial, dengan catatan, bahwa foto tersebut tidak direkayasa
atau tampil dengan dandanan menarik sehingga menimbulkan unsur ketertarikan
terhadap lawan jenis, tidak berpose dalam gaya yang aneh-aneh atau cenderung
menggoda, ataupun menampilkan bagian tubuh yang menjadi auratnya.
2. Tidak
menceritakan rahasia keluarga apalagi suami di media sosial
Bagi wanita yang telah
berkeluarga, antara suami dan istri bagaikan pakaian yang saling menutupi
termasuk menutupi aib masing-masing. Terkadang, seorang pengguna akun media
sosial menulis status yang berisi keluh kesah akan kondisi rumah tangganya,
baik secara tersurat maupun tersirat tanpa dia menyadari bahwa hal itu juga
termasuk membuka aib pasangannya sendiri. Jadi dalam hal ini, larangan semacam
ini dapat dibenarkan dan sudah semestinya setiap pengguna akun media sosial
termasuk kaum wanita, dapat menahan diri untuk tidak mengumbar rahasia keluarga
dan aib pasangannya di media sosial.
3. Tidak
pamer makanan, harta benda, dan lain-lain
Memamerkan sesuatu memiliki
dua sisi, yang pertama sebagai wujud kesyukuran dan yang kedua dapat menjadi
wujud riya. Larangan ini muncul barangkali karena kecenderungan kaum wanita
untuk mengunggah apa saja yang ia miliki ke media sosial sehingga menimbulkan
keresahan bagi pengguna yang lain. Jadi, untuk hal pamer-pameran di media
sosial, ada baiknya kita meluruskan niat terlebih dahulu, apakah unggahan
tersebut kita lakukan dalam rangka mensyukuri karunia-Nya ataupun karena
menginginkan pujian orang lain atas apa yang kita miliki.
4. Tidak
menyebar energi negatif dengan mengeluh di media sosial
Terkadang, persoalan hidup
yang sedang dihadapi membuat seseorang membutuhkan tempat untuk mencurahkannya
agar merasa lebih lapang. Dalam hal ini, termasuk juga media sosial. Tetapi,
mengingat media sosial adalah sarana yang bisa diakses banyak orang, maka media
sosial bukanlah pilihan yang bijak untuk mencurahkan keluh kesah apalagi
terkait masalah pribadi.
Kalaupun sudah tak tahan
ingin mengeluh, tarik napas dalam-dalam, baca istigfar di dalam hati, jika tak
tahan juga, tulislah keluhan sobat dalam ungkapan yang puitis, ataupun yang
disertai harapan optimis agar statemen di media sosial tidak lagi beraura
negatif. Karena energi negatif sangat mudah menular terutama di tempat-tempat
“terbuka” seperti di media sosial selain hal itu juga dapat membuka aib
sendiri.
5. Tidak
fesbukan / twitteran!
Terakhir, puncak dari
keresahan beberapa pihak memunculkan larangan paling ekstrim untuk wanita:
jangan fesbukan / twitteran! Mungkin, dengan melihat berbagai dampak negatif di
atas hingga akhirnya terbitlah larangan ini. Nah, dalam hal ini tentu saja
kembali kepada diri sobat masing-masing sebagai pengguna akun media sosial.
Jika kita mampu bersikap bijak dan menahan diri, tahu mana yang pantas untuk
ditulis dan diunggah dan mana yang tidak, atau lebih baik lagi jika kita bisa
memanfaatkan media sosial sebagai ladang dakwah atau menginspirasi orang lain
misalnya, tentu saja tidak ada alasan yang kuat bagi orang lain untuk melarang
kita menggunakan media sosial.
Tetapi jika media sosial
justru sering digunakan untuk melakukan keempat hal di atas, atau media sosial
berhasil melalaikan sobat dari ibadah dan kewajiban, dan yang lebih fatal lagi,
media sosial justru menjadi tempat untuk berakrab ria dengan lawan jenis hingga
melewati koridor yang wajar, ataupun kerap menyindir dan mencerca pihak lain,
maka larangan ini sepertinya memang sangat layak untuk sobat jadikan alarm
peringatan. Wallau a’lam bishshowab. (Alfin
Hidayat)
No comments:
Post a Comment